Kau Tidak Beruntung, Tapi Tetap Ceria

Diposting oleh Sedih Rian Ahyadi on Selasa, 14 Mei 2013

Berkali kali aku melihat ke luar rumah. Rasanya aku ingin segera berangkat. Sudah 2 kali aku batalkan kepergian ini dan rasanya berat untuk membatalkannya kembali. Namun mendung di kejauhan tempat yang akan aku tuju rasanya akan segera pecah.

Sudahlah.. Apapun yang aku akan alami nanti, yang penting berangkat. Tas yang sudah aku persiapkan serta peralatan memancing telah berdiri di samping pintu. Maka motor yang telah menanti langsung aku kebut. Dan benar saja, begitu di tengah perjalanan hujan pun mengguyur kuyup tubuhku. Tak ingin basah, aku segera berhenti dan jas hujan yang tersimpan di dalam jok motor pun aku kenakan. 

Perjalanan pun berlanjut.. Menjelang tiba di turunan tajam Selong Belanak, sontak aku tersentak kaget. Beberapa anak bermain hujan di pinggir jalan yang masih jelas terlihat walau kaca helm yang bertengger di kepalaku diselimuti air hujan. Aku tersentak bukan karena hampir menabrak mereka, namun tatapanku tertuju pada seorang anak yang bersimpuh di atas sebuah skateboard bekas sedang tertawa dan memainkan air hujan yang menggenangi hitam kerasnya aspal hotmik sambil mengikuti teman-temannya yang liar berlarian.

Bukankah anak itu kemarin hampir aku tabrak karena bermain skateboard di jalan raya dan hampir membuat aku marah..? Usianya sekitar 11 tahun, dengan wajah tanpa dosa. Kakinya terlihat kecil dan bersimpuh seperti perempuan yang sedang duduk bersantai menjelang senja di teras rumah. Yups.. Memang benar. Baru aku sadari, ternyata dia adalah anak yang dilahirkan tidak seberuntung aku yang bebas ke manapun pergi dengan kaki yang sanggup mendaki dan menuruni bukit tanpa hambatan.

Walaupun dia tidak beruntung, tidak menghalanginya menikmati hidup dan mensyukuri napas yang telah Allah berikan agar mampu melihat keindahan dunia ciptaan-Nya. Lumpuh kakinya, namun tegap hatinya. Beringsut jalannya, menyusul paling belakang namun terdepan dalam semangat menyongsong masa depan yang tiada pasti. Keluhan dan penyesalan jauh dari raut mukanya, walaupun dia terbatas langkahnya.

Sepanjang perjalanan aku masih teringat dengan 2 kali pertemuanku dengan anak itu. Rupanya Sang Maha Pencipta hari ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Kekurangan materi, beban hidup yang aku alami tidak sebanding dengan kekurangan dan ketidakberuntungan mahkluk-Nya yang lain. Dan aku bercermin hari ini...

{ 0 komentar ... read them below or add one }

Posting Komentar

Blog Ini DOFOLLOW Auto Approve dan dibantu oleh IKLAN. SILAHKAN KLIK IKLAN Jika Anda Sempat. Terima kasih atas Kunjungan Anda..